Tuan, baru saja kemarin kita berjumpa, tapi terasa tak pernah saling menyapa. Tuan, ketika aku memanggil engkau, pastilah aku ingin menanya. Kali ini tak lagi "mengapa", hanya saja begitu banyak "bagaimana". Tuan, bagaimana untuk tak berkeluh kesah kepada masalah? Kulihat engkau begitu hebat meski harus menerima salah. Dan lagi, Tuan, bagaimana meredam merah meski hati sudak tak mampu memendam amarah? Kulihat engkau selalu tenang meski tubuhmu penuh darah. Satu lagi, Tuan, bagaimana engkau menahan tangis, meskipun engkau tahu benar mereka begitu bengis? Kulihat engkau selalu tegar meski cuaca sedang gerimis. Tuan, kuharap suatu saat kita mampu kembali bersua, ketika masalah tak lagi benar dan salah, ketika luka telah terseka, dan ketika cuaca sedang ceria. Bagaimana, Tuan? ( Pengaduan, -- Februari 2020 )